Kamis, 30 Desember 2010

backPAINpack traveller :D

Bukan. Jelas bukan destinasi ini yang saya cari. Kecil sekali dibanding pencapaian siapapun yang pernah berusaha menggapai suatu impian mendatangi nama-nama aneh dalam peta dunia. Tapi kali ini, bukan nama aneh itu yang saya kejar -mungkin selanjutnya akan berorientasi ke sana-tetapi yang mau saya perlihatkan kali ini adalah pencapaian menuju destinasi kecil itu. Adalah suatu kebanggaan untuk menyamai apa yang orang tua saya telah lalui, bahwa saya juga memiliki kemampuan untuk memperoleh sesuatu dengan usaha saya sendiri. Suatu pembuktian, sebuah pengakuan. Tidak ada penjualan nama besar orang tua. Saya tidak mau mencemari usaha saya -adakalanya mungkin nanti dan belum untuk saat ini hehe- Sepenuhnya, saya juga paham ini hanya seujung kuku pencapaian orang-orang besar diluar sana. But it exactly not too bad as a stepping stone for me. Saya punya mimpi besar dan cukup tahu menghormati diri saya sendiri untuk tidak meniatkan menghapus mimpi besar itu sedikitpun. Kalau dulu papa pernah bilang dengan kakek saya : "banyak anak orang hebat disekolah saya (dimana kakek saya seorang petani bersahaja), tapi cuma orang tua nya saja, anaknya mesti berada dibawah kepemimpinan saya, dibawah hal-hal besar yang saya raih", Hari ini saya tidak akan membuat orang lain berbicara seperti apa yg pernah ditudingkan papa terhadap anak-anak orang hebat tersebut, tapi saya akan membuat mereka bicara "sudah sepantasnya seorang dhisty bisa mencapai hal-hal besar sebagaimana orang tuanya" Ya kan mama? Misi itu tidak berlebihan kan Pa? Hehe. Saya tahu, dan saya percaya suatu saat nanti kaki ini akan menginjak tanah nama-nama asing di benda bulat dengan bujur dan lintang itu :D

Senin, 08 November 2010

sekali lagi...

Hahaha, tidak mengerti harus mengawali dengan kata apa.
Yang jelas adakalanya saya memikirkan bahwa hidup ini konyol :D
Tapi tidak selalu, dan saya juga tidak mau terus-terusan konyol, meskipun tidak juga ingin kehilangan sensasi konyol dalam hidup saya (kalimat barusan pun konyol, berbelit-belit. Pembuka macam apa yang barusan saya tulis? Ahaha)

Tepat setahun lalu, dimana bangunan hijau masih menjadi kastil paling aman bagi saya untuk bernaung, saya sedang sibuk dengan kekonyolan saya, impian saya. Ego saya. Hahaha. Asik.
Tapi sakit, ada beberapa hal tidak saya dapatkan. Karenanya, menakjubkan sekali ketika hal tersebut dibayar lunas dengan semua hal tidak terduga yang saya terima sekarang.
Impas. Puas.

Sekarang, saya akan mulai lagi. Dari nol. Tidak ada perisai dan strategi yang tersisa kecuali tekad saya sendiri -yang terkadang menjadi musuh saya sendiri-
Tapi kalau ada yang mengira saya bersedih atau menyesal dengan semua yang saya jalani dan yang saya dapati kemarin/sekarang: maaf, praduga tersebut mutlak salah.
Dan saya siap untuk terjatuh lagi, jika memang saya harus terjatuh lagi setelah mencoba lagi. 
Terima kasih.

Wake me Up

Yang selalu membuat saya ingin "pulang" adalah perjuangan keras dan cara bertahannya yang luar biasa, walaupun adakalanya luntur seperti saat ini (memilih pilihan yang tepat ya?).

tapi hari ini saya tidak akan "pulang"
sampai nanti.
sampai sifat itu menyala lagi :D

Sampai perubahan siap bercerita lagi.
Sampai hukuman menggiring berdamai lagi.
(kalau bisa)




Dua hari berikutnya, saya pikir sudah lama sekali saya tersesat, lama sekali terombang pasang. 
Hari ini saya tahu ada jalan pulang, tahu ada yang sudah menunggu untuk menjemput saya diujung sana. Ya kan?


"Hai. Saya pulang!"

Another Thanks!!!

Saya serius, hidup kita ini mesti banyak-banyak bersyukur dan berterima kasih.
Ada banyak hal yang tidak mungkin berdiri tanpa penopang. Dan seperti itulah hidup kita --Okelah, hidup saya--

Ini soal mimpi yang akan selalu jadi mimpi jika tidak ada orang yang pernah mendukung saya untuk perlahan-lahan mewujudkannya. Saya berani bertaruh, tidak ada orang yang pernah menggapai mimpinya tanpa dukungan orang lain, sekalipun dengan usahanya sendiri. Tidak ada. Dan hari ini, lagi-lagi teori tadi tak terbantahkan, bahkan akan selalu berulang. Pun untuk keajaiban kesekian kalinya, teori itu akan senantiasa benar, bahwa tidak akan pernah ada orang berhasil tanpa dukungan tangan lain.

Untuk keluarga paling ajaib yang dihadiahkan Allah kepada saya, terima kasih ini tidak akan pernah menemui garis finishnya.

Untuk Made Agus Adi Putrawan, ini satu dari sekian mimpi besar saya
Untuk AF, DE, AG, NSA, NS, RV, AS, AM,  another chance will come soon


Trust me, we are more than we are :D



Minggu, 26 September 2010

Renungkan!!!

Ingatkah kita…

Di waktu kecil ketika masih imut-imut, kita rajin baca Qur’an. Kita pun aktif dalam berbagai pengajian.

Kita jadikan guru, ustadz, dan orang tua kita sebagai teladan.

Kita pun punya cita-cita…”INGIN MASUK SURGA!”

Kita patuh kepada orang tua, tunduk pada guru, dan setia pada teman.

Sekarang, usia kita sudah 17+. Udah dewasa katanya.

Tapi lihatlah. Apakah kedewasaan namanya jika kita berani menyakiti hati kedua orang tua. Apakah dewasa namanya, jika kita sudah tidak punya malu berbusana setengah telanjang? Apakah kedewasaan namanya, jika kita tak mampu membedakan mana yang haq dan mana yang batil? Dan apakah dewasa namanya, jika cinta membuat kita buta akan kebenaran??

Ingatlah, saudaraku.

Hari ini kita masih hidup. Bisa jadi setelah kita merenung sambil membaca tulisan ini, usia kita juga berakhir. Siapa yang bisa menjamin?

Sekarang kita berleha-leha seperti ini, apa kita yakin kelak di akhirat akan selamat?

Saudaraku,

Usia kita hanya Allah saja yang tahu. Jangan sia-siakan kesempatan yang ada. Maju dan songsonglah surga. Takkan pernah merasa lelah sebelum kaki menginjak surga.

Badan kemudian bergetar seperti tersetrum, menangis sejadi-jadinya. Mari kita renungkan, kemana umur dipakai selama ini. Jangankan melihat ke depan, atau menunduk, kepala dan wajah diripun sampai harus menyamping. Malu dan tak sanggup ‘melihat’ perjalanan hidup yang lalu, tak sanggup melihat wajah-wajah orang di sekitar kita, tak pantas memiliki seraut wajah ini. Sungguh tak sanggup mendengar ayat-ayatNya, malu, dan kata-kata yang keluar berulang kali hanyalah ampun ya Allah … ampun ya Allah … ampun ya Allah …

Allah selalu bersama kita.

Renungkanlah sahabatku.

Wanita "Kaca Yang Berdebu"

Ia ibarat kaca yang berdebu
Jangan terlalu keras membersihkannya
Nanti ia mudah retak dan pecah

Ia ibarat kaca yang berdebu
Jangan terlalu lembut membersihkannya
Nanti ia mudah keruh dan ternoda

Ia bagai permata keindahan
Sentuhlah hatinya dengan kelembutan
Ia sehalus sutera di awan
Jagalah hatinya dengan kesabaran

Lemah-lembutlah kepadanya
Namun jangan terlalu memanjakannya
Tegurlah bila ia tersalah
Namun janganlah lukai hatinya

Bersabarlah bila menghadapinya
Terimalah ia dengan keikhlasan
Karena ia kaca yang berdebu
Semoga kau temukan dirinya
Bercahayakan iman. . . .

Kamis, 12 Agustus 2010

Kuliahmu Saja Tidak Akan Merubah Dunia !!!


  Fenomena yang banyak terjadi di kalangan mahasiswa saat ini adalah munculnya sikap apatis terhadap segala konflik atau masalah yang terjadi di Indonesia. Sikap apatis tersebut didasari dari lahirnya budaya hedonis dan akademistis yang terus merusak dan mengikis jiwa kepedulian mahasiswa kepada bangsa. Sebagian besar mahasiswa, kini hanya peduli pada dirinya. Hanya peduli pada kepentingan dan ego pribadi. Hanya memikirkan kebutuhan dan kesenangannya saja.
  Berapa banyak mahasiswa yang kita lihat datang ke kampus, mengikuti kuliah, mengerjakan tugas dan pergi ke perpustakaan saja? Berapa banyak mahasiswa yang kita saksikan di kampus hanya bersenang-senang, mengejar popularitas dan memenuhi nafsu kehendak pribadinya? Kini, dimana-mana kita dapat dengan mudah menemukan orang-orang dengan karakteristik seperti itu. Orang yang kuliah dan datang ke kampus hanya untuk mengejar prestasi, popularitas dan eksistensi. 
  Namun, apakah orang-orang seperti itu salah? Apakah dengan mudahnya kita katakan bahwa mereka semua melakukan sesuatu yang tidak benar? Mereka melakukan semua itu sesuai dengan anggapan dan pikiran mereka bahwa yang mereka lakukan itu benar. Kita, sebagai da’i, tentunya tahu bahwa apa yang kita lakukan demi menegakkan kalimat Allah dan mengibarkan panji Islam adalah sesuatu yang benar. Itu karena kita yakin akan janji Allah. Sedangkan, mereka yang hidup hanya memikirkan prestasi dan popularitas, yakin bahwa dengan kedua hal tersebut akan membawa masa depan yang cerah bagi mereka.
Persamaan kita dengan mereka yaitu sama-sama berangkat dari apa yang diyakini. Namun, tujuan keyakinan itulah yang berbeda. Mereka masih menuju kepada duniawi, sedangkan kita sudah memiliki tujuan samawi. Oleh karena itu, kita tidak punya hak mengatakan mereka semua itu salah, tetapi kewajiban kitalah untuk menunjukkan kepada mereka tujuan yang seharusnya diyakini.
  Banyak mahasiswa yang hanya mengejar kepentingan akademik belaka. Mereka yakin kecemerlangan prestasi akan membawa mereka ke posisi yang tinggi dan kehidupan yang mapan. Benarkah itu? Apakah dengan semata-mata seseorang memiliki ‘kehidupan yang layak’ maka segala masalah bangsa akan terpecahkan? Segala problematika umat akan dituntaskan?
  Perubahan adalah sebuah proses tanpa akhir yang tidak didapat secara instan. Perubahan tidak didapat dengan berleha-leha menikmati segala kemewahan, kekayaan dan kekuasaan yang ada. Perubahan tidak akan didapatkan oleh orang yang hanya memikirkan ego dan kepentingan dirinya saja. Tapi, perubahan adalah proses panjang yang didapatkan dengan usaha dan pengorbanan keras serta dengan niat yang ikhlas tentunya.
Seorang muslim yang mau membuat perubahan tidak bisa hanya bermodalkan ilmu atau niat atau kerja nyata saja, tapi dibutuhkan ketiganya untuk menciptakan perubahan yang spektakuler dan menorehkan sejarah yang akan selalu dikenang

Pengikut